Beberapa tahun silam, Tri Sulistiani, 35, punya pengalaman getir menabung di sebuah bank. Kisah ini dimulai ketika dia harus menyetor tabungan awal. Sebagai penjaja kue kelilling di pasar tadisional. Tri mengaku harus banting tulang peras keringat agar bisa menyisihkan uang Rp 50.000.
Nominal itu, tentu bukan sedikit bagi seorang Tri. Maklum, penghasilannya yang tak seberapa selama ini nyaris habis hanya untuk gali lubang tutup lubang. Itulah sebabnya, ibu asli Boyolali ini harus punya disiplin tinggi agar bisa menyisihkan keuntungannya. Jika keuntungannya Rp 10.000, maka ia sisihkan Rp 3.000. Begitulah yang ia lakukan terus sampai terkumpul Rp 50.000.
“Setelah genap Rp 50.000, baru saya tabung di bank,” ujar Tri saat mengisahkan perjuangannya mengumpulkan uang untuk menabung di bank beberapa waktu lalu.
Namun, usaha jualan kue Tri rupanya tak senikmat rasanya. Ketika musim hujan tiba, pendapatan Tri anjlok drastis. Praktis, kala itu tak ada lagi sisa uang yang mampu di sisihkan. Perlahan, modalnya pun ikut terkikis. Lesunya usaha itu terus berjalan selama berbulan-bulan. Tri pun tak lagi sempat berpikir keuntungan. Bahkan, sekadar berharap kembali modal saja, itu merupakan impian yang terlalu muluk baginya.
“Selama berbulan-bulan saya nggak pernah nabung lagi. Nggak punya uang!” ujarnya.
Di tengah situasi genting itu, Tri teringat uang Rp 50.000 yang pernah ia tabung di bank beberapa bulan silam. Ia pun pergi ke bank dengan sisa-sisa harapannya. Namun, langit rupanya masih kelabu. Tri kaget bukan kepayang ketika menerima informasi bahwa uang tabungannya tinggal nol rupiah karena terkuras habis untuk biaya administrasi bank tiap bulan. “Padahal, uang itu sangat berarti bagi saya untuk balik modal bikin kue lagi,” kata Tri penuh haru.
Pengalaman itulah yang terus membekas di hati Tri. Ia pun mengaku kapok menabung di bank. Di mata Tri, bank hanya menambah susah orang melayat seperti dirinya. “Uang disimpan di bank, bukannya bertambah, malah habis,” ujarnya penuh sesal.
Namun itu hanya cerita masa lalu Tri. Kini, setelah mendengar kabar ada program Tabungan BTN Cermat, keinginan Tri untuk menabung membuncah lagi. Tabungan yang membidik masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) itu, bagi Tri rupanya telah menerbitkan kembali asanya. “Soalnya, tabungan ini bebas biaya administrasi bulanan. Jadi, seberapapun uang saya di bank, saya tak lagi khawatir akan hilang,” akunya.
Itulah sekelumit testimoni Tri tentang BTN Cermat, salah satu tabungan BTN yang tak hanya merakyat, namun juga menawarkan sekian kemudahan. Simak saja bagaimana mudahnya calon nasabah membuka rekening baru. Cukup dengan merogoh kocek Rp 10.000 saja, mereka sudah menerima fasilitas kartu ATM dengan dukungan 25.034 titik di Nusantara. Praktis, para nasabah bisa dengan mudahnya melakukan penarikan maupun transfer. Praktis, para nasabah bisa dengan mudahnya melakukan penarikan maupun transfer uang. Bandingkan dengan bank-bank lainnya yang pasti akan berpikir seribu kali.
“Tujuan kami ialah ingin memberikan kesempatan yang sama kepada semua rakyat, bahwa yang miskin sekalipun juga punya kesempatan untuk menabung,” kata Iqbal Latanro, Direktur Utama Bank BTN saat sosialisasi dan edukasi Tabungan BTN Cermat di Solo, Senin (27/2).
Bukan hanya itu saja kemudahannya. Masyarakat yang ingin setor uang, tak perlu lagi repot-repot datang ke kantor BTN. Sebab, setiap kantor pos di masing-masing daerah dan kota di Indonesia telah melayani setoran nasabah BTN Cermat. “Jadi, ini bisa menekan biaya transportasi,” ujar Ach Chaerul Hadi, Kepala Kantor PT Pos Indonesia (Persero) Solo, Rabu (29/2).
Bukan hanya setoran awal, setoran tiap bulan pun juga ramah kocek. Buktinya, nasabah yang hanya punya uang Rp 5.000/bulan, tetap diterima dengan senyum oleh BTN Cermat. Inilah barangkali salah satu ruh Tabungan BTN Cermat, yakni memberikan hak yang sama kepada masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. “Kami ingin menciptakan masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan.
“Kami ingin menciptakan masyarakat dari kelas bawah yang sadar akan pentingnya menabung untuk masa depan lebih baik,” ujar Iqbal.
Leave a Reply