“Sudah pernah bawa Rolls-Royce?” Tanya Ireen Richter, Corporate Communications Assistant Asia Pacific Rolls-Royce, kepada SINDO saat bertemu di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Tentu saja pertanyaan tersebut adalah retoris. Ireen tahu benar kalau saya belum pernah membawa Rolls-Royce. Soalnya baru pertama kalinya Rolls-Royce Asia Pacific menggelar media drive untuk wartawan di Jakarta.
Untuk sesi uji coba kali itu, Rolls-Royce Asia Pacific tidak membawa unit lengkap seperti Phantom, Ghost, dan Phantom Drophead. Unit yang mereka sediakanhanyalah Rolls-Royce Ghost. Ghost merupakan sebuah dinamika baru dalam jajaran produk Rolls-Royce. Mobil ini tampil lebih kompak dan niche dibandingkan model Phantom yang “konservatif”.
Sebelum benar-benar menaiki mobil tersebut, Rolls-Royce Asia Pacific masih merasa perlu untuk membekali penguji coba dengan berbagai kuliah pendek yang dibawakan oleh Hal Serudin, Corporate Communication Manager Asia Pacific Rolls-Royce. Ternyata waktu kuliahnya tidak pendek-pendek benar. Hampir selama satu jam, Hal Serudin bicara banyak mengenai segala informasi Rolls-Royce, khususnya Ghost.
Selama kuliah pendek itu, saya sudah gemetaran. Bukan karena lapar (kebetulan waktu itu memang puasa bulan Ramadan), tpai karena meman gsudah tidak sabar lagi untuk masuk ke dalamkabin Rolls-Royce. Alhasil, begitu kuliah pendek selesai, saya dan satu rekan media lainnya langsung bergegas ke depan lobi Hotel Dharmawangsa melihat unit Rolls-Royce yang akan diuji coba.
Begitu melihat Rolls-Royce Ghost lebih dekat, jujur saja saya langsung terpesona. Guratan desain sangat smooth, terlihat berkelas tanpa meninggalkan wibawa. Menariknya, rancangan eksterior mobil ini dibuat tak terlalu formil dan terbuka terhadap keelokan dan teknologi termutakhir. Tentu saja tanpa mengesampingkan karakter Rolls-Royce yang kontemporer.
“Tidak usah ragu-ragu, masuk saja ke dalamnya,” ujar Hal Serudin melihat ekspresi saya yang begitu takjub. Tentu saja saya tidak ragu, siapa pun pasti mau berada di dalam mobil ini.
Begitu berada di dalamnya, saya langsung berada dalam sebuah dilema, antara menyetir atau duduk manis di belakang. “Kayaknya sekarang nggak cocok buat nyetir, lebih enak duduk di belakang,” batin saya waktu itu. Jujur saja duduk di kursi belakang Rolls-Royce adalah posisi yang paling sempurna.
Di bagian belakang, Anda tidak akan merasa berada di dalam sebuah mobil. Nuansa kayu yang eksotik, juga aksen krom yang elegan, serta kelembutan kulit pembungkus jok dan karpet yang mendominasi seruangan kabin Ghost yang menenangkan.
Joknya lebih cenderung dirancang sebagai sofa berlapis kulit, sangat nyaman mendekap punggung. Di bagian tengah jok belakang terdapat konsol untuk melakukan kontrol terhadap audio, TV, AC, juga segala sesuatu yang ada di dalam kabin. Oh iya, bahkan di door trim terdapat tombol untuk mengaktifkan pemijat jok.
Dan, mobil pun berjalan. Kabin tetap senyap, tidak ada sedikit pun suara raungan mesin maupun hentakan akselerasi awal yang biasanya terasa. Mobil ini begitu lembut. bahkan, ketika melintasi jalan bumpy sekalipun, rasanya seperti mengayun karena guncangan di dalam kabin sangat minim sekali. “Benar-benar kayak di hotel kan?” kata teman media lain yang satu mobil dengan saya. Saya pun hanya mengamini dengan senyuman manis.
Sekali-kali saya membuka jendela mobil bagian belakang. Maaf saja, tindakan konyol nan udik ini memang sulit ditolak. Soalnya banyak pengendara motor yang lewat, sering mencoba melongok untuk melihat. Ibaratnya bagi-bagi rezeki, saya pun mencoba berbagi dengan mereka yang memang sekadar ingin tahun bagaimana jeroan mobil ini.
Puas duduk di bagian belakang, saya pun dipaksa menyetir juga. Mau bagaimana lagi, Rolls-Royce Asia Pacific memang mewajibkan penguji untuk menyetir.
Sebagai sopir, suguhan tenaga spontan torsi mesin 780 Nm pada permulaan laju adalah “surga”. Ghost terasa bertenaga dengan potensi power yang siap sedia digarap. Namun begitu, Anda tak usah khawatir mobil ini akan seperti banteng liar. Itu karena tenaga beringsut halus memutar roda, sementara berbagai perangkat elektronis berusaha mengeliminasi gejala negatif berkendara.
Sayang, potensi tersebut sulit dieksplorasi karena jalur yang dilewati lebih banyak macet. Tapi kekecewaan itu terbayar oleh decak kagum orang-orang yang melihat mobil ini. Itu saja sudah cukup memuaskan hati.
Sumber : Seputar Indonesia edisi 15 September 2011 oleh Wahyu Sibarani
Leave a Reply