Zat aditif yang terdapat di dalam jajanan anak bisa sangat membahayakan kesehatan dan menimbulkan berbagai macam penyakit. Pentingnya kesadaran akan bahaya yang disebabkan oleh zat aditif serta edukasi tentang bahaya tersebut perlu menjadi fokus para orangtua serta pendidik di sekolah dalam penerapan pola hidup sehat untuk membentuk anak menjadi anak sehat dan hebat
Makassar, 06 Oktober 2012 – Data Survei BPOM dari sampling yang dilaksanakan oleh 30 Balai POM di Indonesia dengan sampel 886 SD yang tersebar di 30 kota di Indonesia, didapatkan sebanyak 35% sampel tidak menenuhi syarat. Berdasarkan latar belakang tersebut, Tupperware melalui program Aku Anak Sehat (AAS) ini berusaha untuk memfasilitasi kesadaran masyarakat mengenai bahaya zat aditif yang terkandung pada jajanan, serta edukasi tentang pentingnya membawa bekal makanan sehat dari rumah bagi para orang tua serta para pendidik.
Sebagai bagian dari rangkain program AAS 2012, Tupperware Indonesia menghadirkan beberapa pembicara yakni Dra Nunuk Sugiyanti (Apt, MKes/Ksie Layanan Informasi Konsumen Balai Besar POM Makassar), Dr. Rose Mini, M.Psi (Psikolog Anak), dr. H. Tb. Rachmat Sentika, SpA, MARS (Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia) , Ibu Umayanti Utami (PR & Communication Manager PT Tupperware Indonesia) dalam acara seminar yang diselenggarakan di Grand Ballroom Makassar Golden Hotel, Makassar.
Umayanti Utami, PR & Communication Manager, PT. Tupperware Indonesia, menyatakan program AAS merupakan program tahunan Tupperware Indonesia yang diawali dengan seminar untuk guru, kepala sekolah dan wakil dari komite sekolah serta kegiatan roadshow pada bulan Mei s/d November 2012.
Tupperware juga merasa bangga karena di tahun 2012 ini melalui program AAS memperoleh ReBi atau Rekor Bisnis sebagai perusahaan direct selling yang konsisten melakukan Corporate Social Responbility (CSR) dalam edukasi kebersihan ke anak sekolah. Dengan program Aku Anak Sehat ini, kami ingin menanamkan kembali kebiasaan positif kepada anak-anak untuk selalu membuang sampah di tempatnya, mencuci tangan sebelum makan, dan membawa bekal dari rumah, ”ungkap Umayanti
Mengangkat tema tentang bagaimana menyadarkan para orangtua murid dan guru-guru tentang bahaya zat aditif yang terkandung pada jajanan anak serta menerapkan pola hidup sehat dengan membawa makan sehat dari rumah dalam membentuk anak menjadi anak sehat dan hebat, ujar Umayanti. “Ada baiknya bagi orang tua selalu menyempatkan waktu untuk menyiapkan bekal yang sehat bagi anak anda di sekolah, agar terhindar dari kontaminasi jajanan sekolah yang teracuni zat zat kimia berbahaya.”
“Penyalahgunaan zat aditif yang dimasukkan berlebihan kedalam jajanan anak sangat berbahaya terhadap kesehatan anak. Hal ini memang tidak akan terlihat dalam jangka waktu yang dekat. Tetapi dikemudian hari, muncul kerusakan-kerusakan pada ginjal serta gangguan dalam tumbuh kembang anak, jelas dr. H. Tb. Rachmat Sentika, SpA, MARS, Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Psikolog Anak,Dr. Rose Mini, M.Psi juga mengamini bahwa kiat dan strategi untuk para orang tua dan guru-guru dalam memberikan kesadaran serta edukasi tentang kandungan zat-zat berbahaya yang ada pada jajanan di sekolah. “Para pendidik harus menguasai wawasan mengenai pola makan yang sehat. Ketika menghimbau anak, sertakan pula alasan yang logis dan konkret sesuai dengan kemampuan anak, sehingga anak dapat mencerna dengan mudah dan akan bertindak sesuai dengan arahan yang dimaksud”. Strategi-strategi tersebut diperlukan dalam menghadapi sifat anak-anak yang cenderung tidak menghiraukan
“Makanan yang mengandung zat aditif selain sangat berbahaya untuk kesehatan, hal tersebut dapat merusak citra pangan Indonesia dan menurunkan daya saingnya di pasar global. Selain itu, hal ini juga sangat tidak mendidik pelaku usaha untuk bertanggungjawab dan mau bersaing secara jujur, adil dan tidak merugikan konsumen” imbuh Dra Nunuk Sugiyanti (Apt, MKes/Ksie Layanan Informasi Konsumen Balai Besar POM Makassar).
Roadshow Program Aku Anak Sehat (AAS)
Program Aku Anak Sehat (AAS) adalah program yang diadakan oleh Tupperware Indonesia secara konsisten dan berkesinambungan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan anak Indonesia. Kegiatan ini diawali oleh seminar untuk guru dan dilanjutkan dengan roadshow ke Sekolah Dasar (SD). Melihat perjalanan AAS sejak tahun 2007, setiap tahunnya AAS mengalami peningkatan. Di tahun pertamanya program AAS hanya menjangkau 10 sekolah dasar di Jakarta dan jumlah anak 2.441 siswa.
Tapi di tahun 2011, program AAS sudah melibatkan 325 SD di Jakarta, Bandung, Surabaya (termasuk Sidoarjo dan Malang) dan lebih luas lagi menjangkau kota Yogyakarta, dan Medan dengan jumlah murid sebayak 43.755 anak. Pada tahun ini, Tupperware menetapkan target untuk melibatkan 500 SD dengan tambahan roadshow di kota Makassar dan menjangkau lebih dari 100 ribu anak.
Jadi selama kurun waktu dari 2007 – 2011, program AAS telah menjangkau 754 SD dengan total siswa 108.731 anak.
Dan sebagai bentuk nyata kepedulian Tupperware terhadap kebersihan dan kesehatan anak-anak sekolah, maka pada program AAS, Tupperware memberikan 1 set wastafel, 2 set tempat sampah dan 2 poster pendidikan kepada SD yang mengikuti program AAS. Melalui fasilitas tersebut, diharapkan pola hidup sehat dapat diterapkan sedari dini.
PT. Tupperware Indonesia
Tupperware Corporation yang berpusat di Orlando Amerika Serikat adalah perusahaan multinasional yang memproduksi serta memasarkan produk plastik berkualitas untuk keperluan rumah tangga. Melalui sistem penjualan langsung (direct selling), Tupperware berkembang dan berada di lebih dari 100 negara. Di banyak Negara, di antara perusahaan direct selling lain Tupperware berhasil menempati ranking atas.
Berkat penemuannya yang gemilang tahun 1937 di Amerika & dikembangkan tahun 1946, Earl Tupper melahirkan berbagai produk innovatif bermerek Tupperware. Kehadirannya mempermudah dan memperindah kehidupan para ibu rumah tangga di Amerika. Secara resmi Tupperware dipasarkan di Indonesia tahun 1991. Kini Tupperware Indonesia sudah memiliki 73 distributor resmi yang tersebar di berbagai kota besar di seluruh Indonesia.
Didukung lebih dari 140.000 tenaga penjual independen, produk Tupperware berhasil menembus berbagai kalangan. Pelatihan dan bimbingan yang diberikan merupakan bekal untuk menjadi tenaga penjual yang tangguh. Meski terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi dan pendidikan, namun ada satu persamaannya yaitu bisa menyisihkan waktu untuk keluarga, sekaligus memiliki karir dan penghasilan yang sangat memuaskan.
Leave a Reply