Industri Penerbangan Dalam Negeri Masih Aman
Industri penerbangan terus mengalami penurunan jumlah penumpang akibat hilangnya kepercayaan bisnis dan konsumen di tengah krisis perekonomian global. Industri penerbangan dalam negeri sejauh ini masih aman sekalipun tetap mewaspadai kondisi krisis global.
Tony Tyler, Direktur Jenderal Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), dalam surat elektroniknya kepada Kompas, Kamis (6/10), menegaskan, terus terjadi penurunan jumlah penumpang global karena hilangnya keprcayaan bisnis dan konsumen akibat krisis global. “Belum terlihat akan membaik,” ujarnya.
Dijelaskan, permintaan angkutan udara global pada Agustus 2011 sebenarnya naik 4,5 persen dibandingkan dengan Agustus 2010. Namun, dibandingkan dengan Juli 2011, permintaan penumpang turun 6 persen.
Dibandingkan dengan jumlah penumpang pada tahun 2010, terjadi penurunan 3,8 persen pada Agustus 2011. “Maskapai menghadapi masa-masa sulit ke depan. Untuk memastikan maskapai dapat menjadi katalisator ekonomi, pemerintah harus meringankan beban pajak bagi maskapai,” kata Tyler. Selain jumlah penumpang, juga terjadi penurunan angkutan kargo.
Penerbangan Dalam Negeri
Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, yang dihubungi terpisah, mengatakan, jumlah penumpang Garuda Indonesia meningkat 40 persen di bandingkan dengan periode yang sama tahun 2010. Hal ini menjadi sinyal positif bagi industry penerbangan walu tetap harus mewaspadai perkembangan krisis Eropa dan AS.
“Kinerja Garuda Indonesia sampai saat ini cukup bagus. Sampai saat ini, load factor kami bagus, baik internasional maupun domestic,” ujarnya.
Penerbangan Jakarta-Amsterdam, Belanda, melalui Dubai, Uni Emirat Arab, yang dibuka kembali Juni 2010 cukup menggembirakan. Menurut Emir, tingkat kereisian penumpang dalam penerbangan sekali dalam sehari tersebut 76-80 persen.
Adapun untuk tahun 2012, manajemen Garuda Indonesia masih akan melihat perkembangan ekonomi global. Namun, rencana strategus mengembangkan penerbangan berbiaya murah Citilink tetap berlanjut.
Citilink merupakan unit bisnis Garuda Indonesia yang disiapkan menjadi perusahaan sendiri awal tahun 2012. Saat ini, Citilink memiliki 10 pesawat dan ditargetkan menjadi 25 pesawat dalam lima tahun ke depan.
“Kami sudah sediakan modal perusahaan baru ini Rp 100 miliar. Dalam lima tahun, Citilink akan menjadi pemain yang signifikan dalam pasar low cost carrier (penerbangna berbiaya murah),” ujarnya.
Manajer Komunikasi Indonesia Air Asia Audrey Progastama menegaskan, tidak ada perubahan signifikan jumlah penumpang pesawat di Indonesia akibat krisis global. “Tingkat keterisisan pesawat normal,” kata dia.
Tingkat keterisian penumpang pesawat Indonesia Air Asia pada September 2011, kata Audrey, 80 persen. Sementara sampai lima hari pertama Oktober 2011 mencapai 70 persen. “Kami sangat optimis dengna tingkat keterisian pesawat kami,” kata dia.
Hal senada dikatakan Corporate Communications Officer Sriwijaya Air, Lindawati. “Tingkat keterisian pesawat Sriwijaya juga masih stabil. Belum terlihat adanya dampak dari krisis global. Malah banyak pesawat yang di sewa untuk mengangkut jemaah haji,” kata Linda.
Data Badan Pusat Statistik tidak menunjukkan penurunan penumpang domestic di Indonesia. Pada Januari-Agustus 2011, terangkut 33,04 juta, naik di bandingkan dengna 27,15 juta penumpang pada Januari-Agustus 2010. Adapun penumpang internasional pada Januari-Agustus 2011 juga naik 16,34 persen dibandingkan dengan Januari-Agustus 2010, dari 6,22 juta orang menjadi 7,24 juta orang.
Penurunan jumlah penumpang terjadi pada jalur internasional, dari satu juta orang (Juli 2011) jadi 0,97 juta orang (Agustus 2011). Turun 3,16 persen.
Kalangan industry penerbangan optimistis gelombang krisis Eropa tidak terlalu memengaruhi bisnis. Sampai saat ini, tingkat keterisian pesawat relative masih tinggi sehingga bisnis penerbangan masih mampu tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010.
Sumber : Kompas edisi 7 Oktober 2011
Leave a Reply