JAKARTA — PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyatakan akuisisi PT Mitrayasa Sarana Informasi (Infratel) kemungkinan baru selesai akhir tahun ini. Padahal sebelumnya perusahaan pengelola menara telekomunikasi ini berniat menyelesaikan seluruh proses akuisisi di kuartal ketiga 2011.
Manajemen TBIG menjelaskan akuisisi tersebut sedikit molor lantaran proses uji tuntas dan verifikasi ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan semula. Yang jelas, pihak TBIG menegaskan akuisisi Infratel sudah hampir final.
Meski begitu, salah satu anak usaha Saratoga ini belum bersedia membeberkan investigasi akuisis tersebut. Yang jelas, dana akuisisi akan diambil dari sisa dana intial public offering (IPO).
Hingga akhir Mei, dana hasil IPO TBIG masih tersisa sekitar Rp 700 miliar hingga Rp 800 miliar. “Setelah akuisisi dana sisa IPO masih akan tersisa sedikit,” kata Helmy Yusman Santoso, Chief Financial Officer TBIG, Senin (8/8).
Setelah akuisisi terlaksana, Tower Bersama bakal menikmati tambahan pendapatan sekitar 10%. Maklum, Infratel saat ini melayani sekitar 672 penyewa. Sudah begitu, kebanyakan menara milik Infratel disewa operator telekomunikasi seluler besar di Indonesia, seperti Telkomsel dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
TBIG sendiri saat ini memiliki 5.381 penyewa dengan jumlah menara mencapai 3.610 menara. Sementara pemasukan dari sewa per bulan mencapai Rp 13juta-Rp 18 juta per penyewa.
Selain akusisi tersebut, TBIG juga tengah menjajaki akuisisi 4.000 menara yang dimiliki oleh PT Indosat Tbk (ISAT). “Dengan akuisi ini size kami menjadi dua kali lipat,” tandas Helmy.
Namun Helmy belum bisa memastikan waktu penyelesaian tender akuisisi menara ISAT tersebut. TBIG berencana menggunakan pinjaman bank untuk memenuhi kebutuhan pendanaan akuisisi tersebut. “Dari segi pembiayaan, DER kami masih 1 kali, untuk industry tower kami masih punya ruang untuk mencari pinjaman,” kata Helmy.
Perseroan ini juga masih punya standby loan dari sindikasi tujuh bank senilai US$ 2 miliar. Hingga Juni dana pinjaman ini sudah terpakai US$ 275 juta untuk melunasi pinjaman lama.
Tulisan ini bersumber dari : KONTAN edisi 9 Agustus 2011 oleh Raka Mahesa Wardhana
Leave a Reply