BY DWI WULANDARIIN BRAND COMMUNICATION · BRANDING — 9 FEB, 2015
Jika Kota Depok tak ingin senasib dengan Kota Bekasi—yang nyaris terus di-bully para netizen—maka pemerintah Kota Depok harus segera mengambil langkah cepat. Kasus begal motor yang belakangan membayangi warga Depok, sejatinya, berpotensi melunturkan reputasi Kota Depok. Hal itu sudah ditandai dengan maraknya ejekan para netizen di social media terkait kasus begal motor di Kota Depok.
Merujuk Media Monitoring dan Digital Analytics Awesometrics (Partner Fortune PR), kini stigma “Depok Kota Begal” mendapat persentase tertinggi, yakni hampir 50 persen. Kemudian, disusul 15 persen menyebut kota Depok sebagai sarang narkoba. Sementara, 10 persen menilai Depok sebagai kota berpotensi korupsi.
“Namun, ada dua kesan terbaik yang muncul untuk Depok dalam sepuluh hari terakhir, yakni kota dengan penanganan sampah yang baik. Sementara itu, masih ada 6 persen warga yang meyakini Depok aman,” terang Indira Abidin, Chief Happiness Officer Fortune PR.
Berangkat dari analisis itu, menurut Indira, ada lima langkah strategis yang dapat dilakukan pemerintah Kota Depok agar tak senasib dengan Kota Bekasi. Pertama, mengidentifikasi akar masalah dan lakukan penanganan terencana yang serius, yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat. Antara lain, Universitas dan mahasiswa, ibu PKK, Karang Taruna, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. “Tujuannya, membangun sense of belonging dari upaya bersama itu,” terang Indira.
Kedua, pemerintah Koga Depok dapat mengatasi berbagai titik lemah tersebut secara bersama-sama, dengan melibatkan wartawan dan komunitas media maya. Ditambahkan Indira, “Lantaran citra sempat buruk karena meme, maka harus ada informasi visual atau meme baru yang menggambarkan upaya yang serius dari pemerintah Kota Depok. Tentu saja, pesan harus dikemas secara menarik dan lucu, agar ada efek viral.”
Ketiga, lakukan riset sebagai langkah evaluasi. Selanjutnya, pemerintah Kota Depok perlu mengumumkan sasil riset itu secara luas pada saat reputasi Kota Depok sudah positif kembali.
Keempat, buat kampanye yang berkesinambungan dan strategis untuk kembali menarik masyarakat pergi ke Depok. Misalnya, saja bekerja sama dengan restoran, mall, dan berbagai pemain pariwisata di Depok.
“Terakhir, lakukan hal itu secara berkelanjutan. Artinya, jangan sampai langkah tersebut dilakukan Pemerintah Kota Depok hanya untuk kasus ini (kasus begal–red) saja,” Indira menganjurkan.
Dicontohkan Indira, dulu ketika Negara Bagian Florida dicap sebagai tempat paling tidak aman dan identik dengan kriminalitas, penghasilan daerah menurun. Lantaran, tak ada lagi yang mau datang ke sana.
“Langkah yang dilakukan pemerintah Florida saat itu adalah mereka mengadakan riset dan menemukan titik-titik kelemahan mereka. Secara fundamental, kemudian mereka melakukan perubahan. Antara lain, dengan cara sertifikasi hotel dan sertifikasi supir taxi,” cerita Indira.
Selanjutnya, pemerintah Florida juga bekerja sama dengan universitas. Bahkan, supir taxi dan pegawai hotel dijadikan Ambasador atau Duta Wisata negara bagian Florida. “Mereka dilatih agar benar-benar efektif menjaga keamanan, memberikan informasi, dan melayani dengan baik. Selain itu, keamanan ditingkatkan di berbagai tempat, pusat-pusat pengaduan dan layanan masyarakat ditambah, serta pos-pos keamanan ditambah,” lanjutnya.
Tak cukup, setiap proses diliput oleh media dan ditayangkan secara luas. Langkah itu dilakukan untuk menggambarkan keseriusan mereka. “Setelah yakin aman, mereka mengundang banyak wartawan untuk hadir dan menikmati Florida yang aman dan surga belanja. Mereka pun membuka Kantor pariwisata Florida di berbagai negara untuk mengundang masyarakat datang ke Florida. Mereka juga mengadakan kampanye iklan untuk kampanyekan pariwisata mereka. Akhirnya, citra yang penuh kriminalitas Florida pun berubah menjadi pusat belanja dan pariwisata dunia,” tutup Indira.
sumber : http://mix.co.id/brand-communication/branding/agar-reputasi-kota-tak-memburuk-depok-perlu-mencontoh-florida/
Leave a Reply