Oleh : Wimpi Handoko
Senin, tanggal 8 Agustus 2015, CEO Google Larry Page mengumumkan dibentuknya sebuah perusahaan baru sebagai perluasan dari Google (GOOG, GOOGL, NSE) yang akan menaungi usaha-usaha baru diluar layanan Google yang sudah berjalan: search engine, iklan, YouTube, Android, peta, Chrome dan lainnya. Nama perusahaan itu adalah Alphabet.
Langsung saja pengumuman ini disambut pasar dengan positif dan saham Google langsung naik 7% satu jam setelah pembukaan pasar pada hari itu.
Apa yang terjadi?
Mungkin kita bisa tengok perkembangan Google sebagai brand.
Google memang dilahirkan saat dunia memasuki era dunia maya setelah penemuan world wide web. Saat melahirkan Google, para pendiri sudah sadar bahwa ladang bisnis yang mereka masuki merupakan ladang bisnis yang infinite (tak terbatas) sehingga saking tak terbatasnya, mereka suatu saat harus membuat batasan mereka sendiri jika tidak ingin kelak pertumbuhan usaha mereka akan memakan usaha mereka yang telah terbangun sebelumnya. Itu berarti bisnis mereka akan melakukan sebuah looping penuh (full circle cycle) yang berarti bisa-bisa mereka tanpa sadar akan bertemu dengan titik awal bisnis mereka.
Saat mereka sudah merambah ke Google Venture (anak usaha dalam strategic investment), Google Capital (anak usaha capital invest) dan akhir-akhir ini Google X, anak usaha dalam teknologi otomasi kendaraan, Google semakin lama semakin sadar bawah arah pengembangan ini terlihat semakin jauh dari layanan dasar Google dan sadar bahwa sebelum terjadi looping penuh bisnis mereka, jalan usahanya perlu dibelah lagi sehingga bisnis Google bisa secara independen memasuki ladang baru lagi. Untuk itu, sebagai induk usaha Google, Alphabet akan menaungi Google Venture, Google Capital dan Google X serta ladang bisnis baru diluar bisnis layanan aplikasi Google lainnya agar lebih jelas perbedaannya dan lebih fokus dalam arahan bisnis baru mereka. Jika kita ingat teori siklus kehidupan sebuah brand, strategi ini merupakan langkah yang sangat jitu dalam mengembangkan brand Google lebih lanjut lagi. Boleh kami beri istilah sebuah langkah ‘revoluvisionary’ : visi usaha yang jauh kedepan dan diterapkan secara revolusioner pada saat yang tepat.
Google yang tadinya adalah induk usaha akan berubah menjadi anak perusahaan dengan terbentuknya Alphabet yang selanjutnya akan berperan menjadi induk usaha Google. Sebuah konsep yang revolusioner dari sebuah brand yang memang dilahirkan untuk bersikap revolusioner. Alphabet akan bebas menggali bidang bisnis teknologi yang lebih luas tanpa harus meninggalkan konsumenya yang setia hingga kini dengan tetap melayani mereka melalui Google. Siapa tahu Alphabet akan menemukan ladang bisnis yang terus berkembang bertaut dengan teknologi dunia maya dan digital.
Sebentar lagi mungkin kita akan saksikan mobil tanpa pengemudi, aplikasi pemetaan lahan subur atau wilayah laut yang pas untuk budidaya ikan tertentu, atau mengolah big data berdasarkan permintaan khusus individu.
Kita akan lihat kiprah selanjutnya dari Alphabet ini dan memantau bisnis apa saja yang akan tersedia. Sementara kita di Indonesia mencoba untuk berlari mengejar ketertinggalan kita, paling tidak bisa memanfaatkan aplikasi bisnis yang akan disediakan oleh Alphabet.
Narasumber: CNN, New York Times, Kompas
Leave a Reply