Oleh: Rezki Jatianing Warni
Selamat hari Kartini! Sebagian dari Anda mungkin menganggap bahwa tidak ada yang istimewa dengan hari Kartini (toh itu bukan libur nasional). Tapi pernahkah Anda membayangkan perbedaan jika dulu R.A Kartini tidak pernah memberanikan diri bersuara tentang perempuan?
Perempuan selalu memiliki tempat yang spesial di hati para praktisi komunikasi di manapun. Penelitian demi penelitian dilakukan untuk mendalami apa dan bagaimana perempuan merespons sebuah pesan. Apakah brand lebih suka menyasar target audience perempuan? Apakah sebagai objek komunikasi, perempuan lebih mudah dipengaruhi? Di dunia social media, statistik menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih mau terlibat dengan komunikasi brand:
Kita pasti sering melihat kampanye-kampanye yang khusus ditujukan pada kaum perempuan. Misalnya untuk produk Susu, produk Dapur, produk Rumah Tangga dan masih banyak lagi yang memang khusus dirancang untuk kaum perempuan. Kenapa sebuah kampanye untuk perempuan menjadi menarik untuk dibahas?
Citra perempuan
Banyak hal diasosiasikan dengan perempuan. Tapi hal paling kontroversial yang tidak pernah berhenti dibahas adalah sisi seksualitas seorang perempuan. Inilah yang membuat feminisme berkembang dan menyeret perempuan ke dalam pertarungan idealisme filosofis yang tidak punya garis finish. Banyak kampanye iklan yang menjadi sasaran empuk penyerangan kaum feminisme radikal.
Status dan peran perempuan
Tidak bisa dipungkiri, kaum perempuan punya sejarah panjang yang berkaitan dengan perjuangan. Bermula dari budak dan pelayan, perempuan masa kini bisa memiliki posisi yang memberikan pengaruh pada dunia. “Musuh” terbesar perempuan untuk mengklaim posisi ini justru datang dari faktor budaya dan agama. Di beberapa belahan dunia, perempuan selalu menjadi warga Negara kelas 2 yang hanya berhak memiliki apa yang diberikan oleh kaum laki-laki. Bersyukurlah kita punya Ibu Kartini.
Solidaritas kaum perempuan tidak pernah lebih tinggi dari sekarang, Semakin banyak pihak yang justru mendukung pergerakan perempuan untuk dunia yang lebih baik. 2 buah kampanye yang akan diulas di bawah ini, bisa menunjukkan hal ini dengan sangat baik :
UN WOMEN :
UN WOMEN adalah bagian dari PBB yang secara aktif mengkampanyekan hak-hak perempuan di seluruh dunia. UN Women memiliki pertemuan tahunan yang diikuti 45 negara anggotanya dimana pada pertemuan tersebut dibahas suatu isu dan solusinya terkait dengan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Di India, salah satu Negara dengan kesetaraan gender terburuk, UN Women sukses mengantrol angka keterlibatan perempuan di politik. India kini menduduki peringkat pertama di dunia dengan 1,5 juta perempuan duduk di badan perwakilan Negara, atau sekitar 33% dari total anggota parlemen!
Salah satu kampanye UN Women yang banyak dibicarakan adalah kampanye propaganda dengan tema #womenshould, Pengagasnya adalah Memac Ogilvy & Mather’s yang berpusat di Dubai. Kampanye ini didasarkan pada situasi nyata bahwa di balik hingar bingar euphoria kesetaraan perempuan di dunia modern, hasil search di Google –situs pencari terbesar di dunia- mengatakan sebaliknya. Memac Ogilvy & Mather’s kemudian membuat kampanye print-ad ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Video ini memberikan gambaran ironis bahwa setelah lompatan-lompatan besar yang mengantar perempuan ke posisi sekarang, masih banyak orang yang berpikir sebaliknya. Kampanye ini banyak mendapatkan simpati dan membuka mata banyak orang tentang betapa pentingnya suara perempuan. Karena kampanye ini, banyak orang yang mencoba googling menggunakan keyword “women should …” dan mengungkapkan dukungannya dengan menggunakan tagar #womenshould di social media Twitter.
Pink Ribbon :
Kampanye Pink Ribbon pertama kali dicetuskan oleh Susan G. Komen Foundation tahun 1991 saat anggotanya membagikan pita merah jambu untuk para penyitas kanker payudara saat mereka mengikuti lomba lari di New York City. Sejak saat itu pita merah jambu menjadi simbol kuat untuk mendukung para penderita dan mengkampanyekan bahaya kanker payudara untuk perempuan di seluruh dunia.
Kepopuleran kampanye ini bisa memperlihatkan solidaritas kaum perempuan di seluruh dunia. Dalam waktu singkat Pink Ribbon mencuri perhatian masyarakat. Berita televisi, Koran, para pesohor turut menggunakan Pink ribbon untuk menyuarakan dukungannya.
Pink Ribbon yang mendunia langsung menjadi sasaran empuk para marketer. Banyak brand yang mengadaptasinya menjadi kampanye marketing untuk menjual produk. Tentu dengan balutan kampanye simpatik untuk perempuan. Dimana sebagian keuntungan pembelian produk akan didonasikan untuk penelitian kanker payudara. Produk dapur, alat olahraga sampai maskapai penerbangan turut memberi sentuhan Pink untuk mengasoasiasikan produknya dengan kampanye Pink Ribbon.
Terkenalnya kampanye Pink Ribbon yang diikuti dengan gelombang ekspansi marketing ini juga turut mengundang kritik dari masyarakat. Organisasi Breast Cancer Action membuat gerakan Think Before You Pink. Gerakan ini adalah dibuat untuk menyadarkan masyarakat tentang keberadaan kampanye marketing buruk yang hanya menggunakan Pink Ribbon sebagai alat pemasaran, padahal produk yang dijual justru berkaitan dengan pemicu kanker payudara. Think Before You Pink aktif berkampanye di dunia digital dengan membuat website www.thinkbeforeyoupink.org dan social media berupa akun Twitter, Facebook, Youtube dan Flickr. Keberadaan Think Before You Pink membantu masyarakat supaya lebih kritis dalam menanggapi kampanye produk yang menggunakan Pink Ribbon.
Itulah 2 kampanye menarik yang dibuat untuk target audiens perempuan. Meski sebagai perempuan, kita memperjuangkan kesetaraan gender dengan laki-laki, pada kenyataannya dalam berbagai sisi, perempuan memiliki perbedaan yang signifikan, seperti unsur emosional, pilihan warna identik, pilihan jejaring sosial, karakteristik konten dan lain-lain. Jadi jika Anda praktisi komunikasi, penting lho.
Leave a Reply