Oleh : Wimpi Handoko
Para ahli berpendapat ada tiga sikap pemasar terhadap perubahan trend kedepan:
- Pemasar yang membiarkan trend terjadi begitu saja,
- Pemasar yang bingung terhadap perubahan trend,
- Pemasar yang menciptakan trend.
Tentunya sebagai seorang pemasar kita tidak ingin terjebak sebagai pemasar dengan sikap seperti no. 1 dan no. 2 bukan? Bagi para pemasar yang ingin mempunyai sikap seperti no. 3, perlu memperhatikan dan bisa membaca beberapa gejala perubahan trend kedepan untuk disikapi secara sigap dan bijak:
- Setiap orang berbeda: kita sebagai konsumen semakin lama semakin ingin di perlakukan sebagai individu dengan ciri khas tersendiri, mendambakan layanan dan produk serta pengalaman yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi masing-masing.
- Peran teknologi yang memanjakan individu: sudah pasti teknologi digital dan mobile akan menjadi katalisator bagi rasa pemberdayaan diri yang membuka segala kemungkinan dan peluang bagi masing-masing individu.
- Bersentuhan (engagement) nyata dengan brand: atribut “likes” maupun hidangan visual yang memukau tidak akan mungkin menggantikan pengalaman bersentuhan langsung dengan brand yang ditawarkan untuk bisa dirasakan dan dibandingkan dengan brand lainnya.
- Harapan yang diharapkan: kemampuan sebuah brand untuk membaca dan mengukur secara murni harapan emosional konsumen terhadap brand yang selalu berubah dan berkembang akan memberi kemampuan brand tersebut untuk selalu menyuguhkan pengalaman menyenangkan, menyentuh dan tentu menguntungkan baik bagi konsumen maupun brand itu sendiri.
- Pengalaman “real-time” semakin penting: semakin penting sebuah brand bisa menyuguhkan pengalaman yang “real-time” kepada konsumen untuk menyiasati semakin cepatnya konsumen kini untuk berubah pikiran dan niatannya. Manfaat suguhan “real-time” akan berpengaruh terhadap kesigapan penyediaan barang, pengiriman dan layanan.
- Bisnis adalah memilih kategori: kenali, pahami, dalami, petakan, siasati dan visikan kedepan kategori yang dipilih karena sebuah brand harus lebih pintar dari konsumen yang berada dalam kategori tersebut.
- Semuanya berawal dari brand: apapun bentuknya, caranya, teknologinya, mediumnya, strategi pemasarannya, semua harus berawal dari brand itu sendiri, karena sebuah brand yang tidak bisa membedakan diri, tidak bisa membangun ikatan emosi, tidak bisa menciptakan manfaat akan mati sebelum brand dipasarkan.
- Brand akan selalu emosional: lihat disekeliling kita, brand-brand yang berhasil adalah mereka yang berhasil membangun ikatan emosional dengan kita sebagai konsumen dan sebaliknya ikatan emosional itu akan menguatkan kedudukan positioning dan perbedaan mereka di pasar.
- Pemasaran brand bukanlah sebuah film: Bercerita atau “storytelling” untuk menggambarkan dan mencitrakan sebuah brand boleh-boleh saja, namun konsumen kedepan akan mencari nilai hakiki dari sebuah brand, manfaat nyata dan perbedaan dengan brand lainnya dalam kategorinya. Jika tidak bisa menemukannya, alhasil “storytelling” akan berakhir terbatas sebagai sebuah hiburan.
- Showroom di rumah: semakin canggih sebuah brand bisa menghadirkan brand ke rumah konsumen secara kreatif dalam proses mereka untuk mengenal, melihat dan memilih seakan mereka berada dalam sebuah outlet/showroom, semain berkurangnya biaya pemasaran dalam penyediaan fasilitas outlet/showroom.
Untuk melakukan semua itu, seorang pemasar brand yang ingin melakukan sesuatu dengan cara baru, pertama dia haru mau dan bisa untuk tidak melakukan hal-hal lama. Sesuatu yang sulit bagi sebagian orang karena ikatan emosi, historis dan mungkin tradisi. Namun perlu diingat bahwa konsumen akan lebih mudah untuk merubah cara mereka berbelanja dan bagi brand yang lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan sikap dan perilaku konsumen akan lebih cepat untuk meraih kesempatan dan peluang di masa datang.
sumber gambar : http://www.wallpaperseries.com/files/wallpapers/Telescope%20HD%20Wallpaper.jpg
Leave a Reply