Jakarta – Dibanding negara maju, misalnya Swedia, lebih banyak hambatan dan risiko yang harus dihadapi bila berinvestasi di negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara maju, Swedia merupakan negara yang cukup menjanjikan dari perspektif ekonomi makro.
Perkembangan bisnis yang baik di negara ini ditunjang dengan pertumbuhan ekonomi yang baik serta pendidikan tinggi para tenaga kerjanya. Dibandingkan Swedia, ada banyak hambatan dan risiko dalam menjalankan bisnis di Indonesia yang disebabkan oleh dinamika politik, sosial, dan budaya yang terjadi. Namun, geliat bisnis di Indonesia juga semakin maju dan telah berskala internasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia antara triwulan I di 2015 tumbuh 4,71 persen. Pertumbuhannya melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Sementara itu, Badan Pusat Statistik Swedia merilis, indeks harga konsumen Swedia turun 0,2 persen pada April dibanding periode yang sama tahun lalu. Data menunjukkan indeks harga konsumen di negara itu mengalami penurunan (deflasi).
Demikian Chief Happiness Officer (CHO) Fortune Public Relations (PR), Indira Abidin, mengungkapkan hambatan berbisnis sekaligus kesuksesannya memimpin di Indonesia saat menjadi pembicara utama di acara tahunan Kamar Dagang Swedia (Chamber Trade Sweden/CTS) ke-3 bertajuk Leadership and Ethics in Developing Countries di United Spaces, Swedia, baru-baru ini. Indira Abidin diundang khusus oleh CTS untuk berpartisipasi dalam acara ini.
“Indonesia memang memiliki banyak tantangan. Tetapi, di mana pun kita beroperasi, pasti memiliki tantangan yang unik dan di balik itu kesempatan yang unik pula,” kata Indira.
Sebagai salah satu pembicara utama dalam acara tersebut. Sebagai seorang business leader, Indira memaparkan tentang kesuksesannya dalam menjalankan perusahaan public relations(PR) di negara berkembang. Ia juga merupakan orang penting dalam hubungan kerja sama antara Kamar Dagang Swedia dan Apindo sebagai organisasi bisnis terkemuka di Indonesia.
Selain itu, Indira yang telah menginspirasi banyak orang melalui kisah hidupnya, merupakan bagian dari Chamber Trade’s Women’s Economic Empowerment network.
Indira Abidin menyoroti beberapa poin penting, seperti memimpin seseorang agar lebih baik dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta kepemimpinan berdasarkan nilai (value based leadership).
Selain menjadi pembicara terkait kepemimpinan dan etika di negara-negara berkembang, ia juga menjadi pembicara di seminar bertajuk Women, Leadership, and International Business yang diadakan di Gothenburg. Di acara ini, bersama dengan beberapa pembicara inspirasional lainnya, Indira menekankan, para perempuan harus lebih berdaya di sektor ekonomi dan kesehatan.
Indira juga berbagi kisah inspirasional dan keberhasilannya dalam memimpin perusahaan. Menjalankan Fortune PR, kata dia, menghadapi berbagai tantangan besar, namun berhasil diatasi. Fortune PR mengatasi tantangan dalam dunia bisnis dengan melakukan beberapa pendekatan.
Di antaranya, pertama, menetapkan peraturan yang jelas dan terus dipertajam, mencakup berbagai detail, sehingga semua peraturan tercatat jelas, dan lengkap dengan berbagai antisipasi variasi aplikasinya. Kedua, sebagai pemimpin harus memberikan contoh dalam pelaksanaan peraturan tersebut.
Kini, Indira Abidin dikenal sebagai praktisi PR terkemuka di Indonesia dan telah diundang sebagai pembicara dalam berbagai workshop, seminar, dan konferensi baik berskala nasional maupun internasional. Fortune PR yang dipimpinnya menjadi pionir dalam industri humas di Indonesia.
Pada tahun 2012, Fortune PR menjadi satu-satunya finalis berbasis di Indonesia yang berhasil meraih penghargaan South-East Asia Consultancy of The Year oleh publikasi PR internasional, The Holmes Report, yang berpusat di Inggris.
Dina Manafe/NAD
Sumber : Suara Pembaruan Online ( http://www.beritasatu.com/figur/278955-kisah-indira-abidin-memimpin-pr-di-negara-berkembang.html )
Leave a Reply